BeritaBalap.com-Babak pamungkas Grand Final Motorprix 2017 di Aceh Timur telah berakhir (2-3 Desember). Usai sudah ! Seperti yang diberitakan portal beritabalap.com yang konstruktif dalam mengkritik pada berita sebelumnya, maka IMI wajib mengevaluasi penyelenggaraan yang dilakukan di sirkuit non-permanen ini, tepatnya di kompleks perkantoran Pemkab Aceh Timur.
Jangan sampai di Grand Final Motorprix tahun depan (2018) terulang kembali di sirkuit yang tidak permanen dengan batas pengaman yang relatif kurang. Padahal dalam momen high-speed. Setelah Grand Final Motorprix 2016 Sidrap harusnya lebih baik. “Beda mas, tetap lebih enak dan aman trek permanen, “tukas Deddy Fermadi, advisor Yamaha Bahtera Racing yang juga hadir di Aceh Timur. So, itu pemikiran yang manusiawi. Idealnya, paling tidak mempertahankan konsep hajatan di sirkuit permanen. Memang kita bersyukur tidak terjadi apa-apa di lapangan. Namun semua wajib diantisipasi sejak awal.
Terlebih IMI, terutama biro balap motor yang intens mengkampanyekan balapan (road race) di lintasan permanen. Karena memang secara logika sederhana lebih aman-terkendali. Sebetulnya dalam kasus Grand Final Motorprix 2017 Aceh Timur, portal ini menerima banyak informasi penting. Namun narasumber tidak mau diberitakan. So, kondisi demikian memang harus dihormati sebagai sebuah privacy. Itu betul adanya dalam dunia jurnalistik.
Santer terdengar kabar Sirkuit Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya yang menghajat final Motorprix 2017 Jawa akan menjadi kandidat kuat Grand Final Motorprix 2018. Semoga saja terwujud ! Oh ya, sebelumnya banyak tim-tim Jawa ataupun luar Jawa yang setuju tarung di GBT walau tidak dapat uang subsidi. Walau tidak masuk 3 besar yang dikasih duit. Mereka siap tarung dan tarung. Portal ini sudah membuat tulisannya beberapa kali.
Catatan penting, bahwa 70-80 persen dari 7-8 starter MP1 ataupun MP2 di Aceh Timur diback-up mekanik Jawa. Sebagian besar dikawal tuner Gendut GDT Racing, Mlethiz MBKW2 dan Hawadis HDS Racing. Termasuk yang dari Sumatera (Irvansyah Lubis) dan Sulawesi (Handy Tuahatu) serta Reynaldi Pradana (Kalimantan).
Jadi jika main di GBT Surabaya ataupun di trek Jawa lainnya dipastikan akan lebih banyak yang ikut. Lebih ramai atau tidak sepi alias kering-kerontang seperti di Aceh Timur. Anyway, racing has been finished. Balap sudah selesai. Pastinya, semua kekurangan ini menjadi pelajaran bersama untuk lebih baik. 2018 mutlak lebih baik dong ! BB1