Beritabalap- Seperti diketahui, musim balap 2024 sedikit banyak menyajikan hal-hal berbau kontroversi, khususnya di tubuh balap lurus nasional. Yap ! problematika akan regulasi jadi salah satu aspek yang paling banyak dibicarakan.
Jelas menjadi pembahasan penting. Lagi dan lagi, masalah bahan bakar nampaknya masih menghantui eksistensi wong balap. Dalam hal ini adalah mekanik yang notabene punya idealis tinggi terhadap sistem karbu.
Sudah bukan rahasia umum, kalau dua kompetisi yang menjadi barometer balap lurus Indonesia, punya aturan main yang sedikit berseberangan. Si A membebaskan penggunaan bahan bakar pada sektor tertentu dan Si B membebaskan pada semua sektor.
Apa dampaknya ? Ini Pertanyaan bagus
Pertama, munculnya proyeksi injeksi pada kelas yang notabene familiar dengan motor murah berbasis karbu.
Kedua, tim-tim kelas menengah mulai merasakan imbasnya tatkala risetan injeksi mulai berbicara, data waktu yang terlampau signifikan adalah real story di lapangan.
Ketiga, tim yang punya finansial kuat mulai menggandakan kudapacu, dalam hal ini untuk bisa bermain pada dua kejuaraan termaksud agar tetap bersaing. Itulah garis besar secara umum dari problematika diatas jhon…
Pun bakal menjadi hal yang biasa, jika yang kena dampak adalah kelas pelengkap atau supporting. Tapi faktanya yang terkena imbas adalah kelas utama spesifiknya 4T. Bebek 4T TU 130 cc, Bebek 4T TU 200 cc, Bebek 4T TU 200 cc Sleep engine adalah 3 kelas terdampak.
Perlu diperjelas, hingga detik ini perbedaan aturan main masih berlaku ya. ‘Warning’ alias tanda bahayanya adalah lunturnya motor-motor karbu pada peta saing kelas poin. Tentu, bukan bermaksud berat sebelah dan anti kemajuan teknologi, tapi lebih kepada toleransi penyelenggara kepada wong-wong balap.
Dalam hal ini, Danang Wahyudi selaku chief mekanic sekaligus owner Cakra Racing buka suara.
“Bukan kita menolak kemajuan teknologi, dampak dari pembebasan bahan bakar pada seluruh kelas itu sangat signifikan. Utamanya bagi kelas-kelas yang notabene cheap budget, ya seperti saya ini yang fokus sama bebek 130 cc.”
“Ibarat kata, mati konyol jika terus dipaksa. Harapan saya cuma satu, semoga para penyelenggara bisa mendengar aspirasi dari orang-orang seperti kami, idealis boleh cuma harus diimbangi toleransi, “ucap mekanik usia 50 tahun itu
“Teknisnya, mungkin untuk nomor mesin tidur bisa dibuat seperti kelas Herex, yang dua klep dan empat klep punya perbedaan beban walaupun dalam satu kelas. Saya yakin, mau IDC mau IDW itu bakal tetap ramai balapnya, bahkan malah lebih ramai dari biasanya, “tutup mekanik bergelar Sarjana Otomotif yang doyan makan Sate Kambing itu
So, gimana menurut ‘klean‘ jhon..? L 1 H