BeritaBalap.com-Sebetulnya sejak Juli 2009 (Donington Park, Inggris) hingga Oktober 2016 (Sepang, Malaysia), Andrea Dovizioso (Ducati) tidak pernah memenangkan balap MotoGP. Doi puasa podium ! Baru kemudian menang beberapa kali di 2017, termasuk bertarung ketat dengan Marc Marquez (Repsol Honda) dalam perebutan juara dunia dan saat ini sukses pimpin klasemen sementara.
Yuk kita telusuri lebih lanjut, apa rahasia dari aktifitas Dovizioso yang pada akhirnya memiliki efek signifikan hingga kerap taklukkan Marquez. Walaupun sudah berumur 32 tahun. So, ini tidak hanya bicara skill balap ataupun kudabesi GP18. Ternyata dua tahun lalu, pebalap Italia ini menyadari bahwa masih ada ruang untuk pertumbuhan dalam karirnya hingga dia mengintensifkan pelatihan mental. Disini awal motivasi ekstranya muncul.
“Pengembangan Dovi bukan terjadi selama beberapa bulan terakhir, tetapi di musim dingin antara 2015 dan 2016, “ungkap Simone Battistella, manajer Dovizioso yang telah bersamanya selama 14 tahun. “Andrea bukan orang yang membuat keributan saat Desmosedici belum baik. Itulah mengapa dia mengasah detailnya. Kebugaran fisik terus ditingkatkan bekerja sama dengan dua Francescos, yaitu Chionne untuk fisioterapis dan Cuzzolin, pelatih olahraga, “tambah Battistella.
Demikian semakin dipacu lagi karena ditekan oleh keinginan Ducati untuk meraih gelar juara dunia sepeninggal Casey Stoner ((2007). Konteks inipula yang membuat Ducati berani merekrut Jorge Lorenzo, juara dunia MotoGP 2010, 2012 dan 2015 dengan kontrak fantastis 12,5 juta euro atau sekitar Rp 200 milyar. Dovizioso saat tersebut menerima saja dibayar 1,5 juta euro.
Faktanya memang Dovizioso yang juga runner-up MotoGP 2017 hidup lebih sederhana. Tidak glamor dan foya-foya. Dia menghindari penggunaan jet pribadi, hidup hemat, lebih suka mengemudi sendiri dari Forli ke Brno dan Spielberg, juga lebih dekat dengan putrinya yang berusia 7 tahun dan saat ini hidup bersama pacarnya, Alessandra Rossi yang notabene mantan umbrella-girl produk Monster Energy.
Pada bagian lain, buat menunjang perfoma fisiknya, Dovizioso melibatkan pelatih mentalnya yang baru, Amadeo Maffei dan Bruno Demichelis. Termasuk kedekatan Dovizioso dengan psikolog olahraga, Eugenio Lizama. Jadi tidak hanya berupaya meperkaya diri dengan skill balap, juga menjaga ketenangan pikiran. Intinya, Dovizioso berusaha mengontrol tubuh, pikiran, naluri dan rasionalitas.
Disebutnya bahwa kemenangan itu adalah keseimbangan dari hal-hal tadi. Alhasil, Dovi yang penah juara dunia GP125 (2004) dapat 3 kali mengalahkan Marquez, yaitu tahun lalu di Sirkuit Spielberg Austria dan Motegi Jepang, juga di 2018 ini (Qatar). “Saya terbukti masih berbahaya dan saya masih bisa berevolusi, “tegas Dovizioso yang prnah pula runner-up Moto2 (2007). BB1