BeritaBalap.com-Nasib Jorge Lorenzo (Ducati) memang sedang dipertaruhkan saat ini. Tidak kunjung meraih podium di musim balap 2018 dan hanya berada di posisi ke-14 saja dalam klasemen sementara MotoGP 2018. Konteks ini yang membuat nasibnya diujung tanduk. Maksud peribahasa tersebut ialah terancam.
Makin terancam, ketika juara dunia sebanyak 3 kali tersebut (2010, 2012 dan 2015) finish ke-6 saja di Le Mans Perancis (13 Mei) dan ini di belakang duet tim satelit Pramac Ducati, Danilo Petrucci yang merebut podium runner-up dan Jack Miler di urutan ke-4.
Ingat, bahwa Miller cukup dengan motor GP17 yang tehnologinya tertinggal satu tahun dari Lorenzo (GP18). Ingat lagi, Miller baru bergabung Ducati tahun ini. Musim lalu masih di Marc VDS Honda. Ingat lagi dan lagi, klasemen sementara Miller ataupun Petrucci jauh lebih baik dari Lorenzo yang pernah meraih juara dunia GP250 (2006 & 2007). Petrucci ke-5, sedang Miller ke-6.
Pihak Ducati sudah menegaskan bahwa keputusan soal siapa pendamping Andrea Dovizioso di musim depan adalah setelah seri Mugello Italia (3 Juni). Mengacu konteks ini, maka Lorenzo harus dapat meraih podium. Tidak ada kata lain selain kalimat wajib hukumnya. Manajemen pabrikan Italia tersebut pasti memiliki harapan alias target. Itu manusiawi.
“Jika tidak mulai bekerja di tingkat yang kami harapkan, yang berjuang untuk memenangkan balapan, berjuang untuk podium, maka saya pikir tidak ada ide bagus untuk melanjutkan, “tegas Paolo Ciabatti, Direktur Olahraga Ducati di laman media Crash.net. Paham dan jelas yang dengan pernyataan tersebut.
“Saya pikir, apa yang kami putuskan dengan Jorge dan dengan manajemennya adalah menunggu hingga setelah Mugello. Jelas di akhir musim lalu sangat menjanjikan, tes Sepang juga sangat fantastis. Kemudian tes Thailand adalah bencana bagi kami dan kemudian ada pasang-surut. Dia sangat kompetitif di Jerez. Sayangnya, ada insiden yang mengambil podium darinya dan Andrea, “tambah Paolo Ciabatti.
Sekali lagi ditegaskan, bahwa 3 balapan Eropa pertama (Jerez, Le Mans & Mugello) adalah sebagai parameter atau alat ukur untuk kemudian membicarakan kontrak petarung usia 31 tahun tersebut. Sekilas informasi saja dan kerap diberitakan di portal ini, bahwa Ducati membayar Lorenzo hingga 12,5 juta euro atau sekitar Rp. 200 milyar/tahun.
Tentu saja dengan harapan yang tinggi karena nilai tersebut terbesar diantara rider lain. Namun memang proses adaptasi Lorenzo belum juga berhasil. Waktu 1 tahun lebih setelah kepindahannya dari Yamaha belum juga cukup. Kelamaan dong ! Padahal sudah banyak duit yang keluar.
“Mari kita lakukan setelah tiga balapan Eropa pertama dan kemudian kita akan duduk bersama dan melihat, pertama-tama, apakah dia senang dengan motornya, apakah dia mampu bertarung untuk posisi yang pantas dia dapatkan, dan juga dia bisa bertarung untuk posisi yang diinginkan Ducati dari seorang pembalap di levelnya. Saya pikir tidak ada gunanya terus dan terus dan membuat sesuatu bekerja jika tidak berhasil, “timpal Paolo Ciabatti.
Catatan penting, kursi tim pabrikan, tinggal menyisakan Ducati, Suzuki dan Aprilia. Jika ditolak Ducati, maka kemungkinan besar berharap pada Suzuki. Aprilia rada berat karena berhubungan dengan kekuatan finansial untuk membayar Lorenzo. Sekalipun banting harga, itu bukan skala prioritas Aprilia yang memilih lebih konsen pada pengembangan RS-GP. BB1