BeritaBalap.com-Sebelum masuk ke pokok permasalahan, coba cermati dahulu hasil klasemen akhir kelas HDC6 dalam gelaran Honda Dream Cup 2017 (HDC 2017) di Sirkuit Bung Tomo Surabaya, akhir pekan kemarin (17 Desember). Hati-hati ya lihatnya, terutama jumlah poin tertinggi dari kategori bebek 4 tak 125 cc standar Pemula B (HDC6) alias kalau di Motorprix 2017 sama dengan MP6.
Jadi poin tertinggi, sebetulnya diraih Aldy Satya Mahendra (Sidrap Honda Daya KYT Nissin IRC Trijaya) dengan jumlah nilai 58. Aldi kemudian “tidak dianggap” dan dibuat dalam posisi ke-5, sedang jawaranya direbut M Adenanta (Honda Simple Coept Ole B-Pazz KYT FDR) dengan pundi poin 56. Catatan penting, bahwa kedua rider tersebut sama-sama tidak bertarung di final HDC 2017 Surabaya. Keduanya samimawon atau sama-sama absen !
M Adenanta karena cedera tangan saat balap Thailand lalu, sedang Aldy yang berusia 11 tahun memiliki permasalahan dengan manajemen tim Honda Trijaya. Kalau yang ini, bukan rahasia umum lagi karena berlangsung sejak IRS 2017 Sentul lalu. Namun memang belum ada solusi pembicaraan dari hati ke hati. He he he… Kaya pacaran aja.
“Terlepas dari Aldy tidak tampil di HDC Surabaya, seharusnya klasemen poin yang jadi patokan dan Aldy yang tertinggi. Di balap MotoGP saja, jumlah poin yang jadi ukuran peringkat akhir. Ini tidak sportif dan tidak ada komunikasi lebih lanjut, “protes Dicky Hestu, ortu dari Aldy Satya Mahendra yang juga mantan pebalap nasional di era tahun 2000-an.
“Jika alasannya, Aldy tidak main di HDC Surabaya, kan Adenanta juga sama-sama tidak main di HDC 2017 Surabaya. Kenapa bukan Wahyu Nugroho yang juara umumnya. Kan Wahyu ikut tarung. Ada apa ini ? Apakah karena Wahyu Nugroho akan bergabung ke pabrikan lain atau gimana ?, “tambah Dicky Hestu yang beristrikan Desy Prasanti yang juga mantan srikandi road race tanah air.
Ada satu pertanyaan kritis portal beritabalap.com yang paling lengkap bicara berita balap. Cermati mendalam ya ! Jika memang syaratnya harus main atau minimal daftar sebagai peserta di sesi pamungkas HDC 2017 Surabaya, kenapa pula Aldy ditaruh di peringkat ke-5. Kenapa tidak diletakkan dibawah sekalian ?
So, semua kontroversi ini butuh penjelasan lebih lanjut agar tidak terjadi miss-perception atau salah persepsi. Terlepas ini adalah hajatan one make race pabrikan yang secara logika sederhana punya aturan main sendiri, maka komunikasi dua arah harus berjalan efektif. Harus ada klarifikasi alias penjelasan yang logis. BB1
Klasemen Akhir HDC 2017