Apa Itu Balap Flat Track Saat Kustomfest 2019 ? Ini Penjelasannya !

BeritaBalap.com-Jika berbicara balap roda dua non aspal alias dirtbike atau di Indonesia lebih familiar dengan sebutan grasstrack ataupun motocross, maka nama Flat Track Race masih lumayan belum dikenal oleh pecinta balap di tanah air.

Balap garuk tanah yang pertama kali dikenalkan oleh American Motorcyclist Association (AMA) di tahun 1924 ini sebenarnya adalah salah satu genre balap yang legendaris di kalangan Kustom Culture, atau menjadi salah satu sub-culture-nya yang justru merupakan balap di trek resmi.

“Ini sama seperti cafe racer dimana style motor balap dipakai untuk dipacu dijalanan dari cafe to cafe, sedangkan Flat Track Race itu adalah balap di sebuah lintasan tanah dengan bentuk sirkuit oval, “buka Hidayat Priyo Wibowo yang merupakan Flat Track Race Director di Kustomfest 2019 yang dihelat di JEC Yogyakarta Sabtu-Minggu 5-6 Oktober lalu.

koizumi

“Pada awalnya Flat Track Race ini diikuti oleh motor-motor yang secara pabrikan bukan didesain khusus untuk balap di lintasan tanah, jadi dari sinilah upaya custom ditempuh guna mendapatkan motor balap seperti yang diinginkan oleh rider-nya,” jelasnya.

Langkah custom pada motor di kompetisi Flat Track Race sendiri selain di sektor mesin yang tentunya berkorelasi dengan speed performance motor, ada juga upaya custom pada motor yang berkaitan dengan riding position-nya. Di Amerika dimana genre balap ini lahir, klasifikasi Flat Track Race hanya dibagi menjadi 2 yakni American Flat Track (AFT) Single dan AFT Twin, atau konkretnya adalah untuk motor bersilinder ganda dan silinder tunggal.

Untuk di Kustomfest, Flat Track Race menjadi konten baru di perhelatan yang ke delapan ini atau di tahun 2019. Dengan mengambil spesifikasi sirkuit Short Track di tanah lapang belakang komplek JEC, Flat Track Race di Kustomfest 2019 kemarin memiliki total panjang lintasan 160 metes saja dengan lebar sirkuit 8 meter.

Hidayat Priyo Wibowo (kedua dari kiri) bersama Toshiyuki Osawa (kedua dari kanan) & jawara Flat Track Race Kustomfest 2019

 

“Kita bikin sirkuit ini juga mengacu pada lahan yang tersedia di JEC sini, jadi sebagai awalan kita men-development Flat Track Race, untuk kelas yang dibuka pun kita sesuaikan dengan karakteristik motor di Indonesia,” terang pria yang akrab disapa Yayak ini.

Meski baru pertama kali dikenalkan, Flat Track Race di Kustomfest 2019 ini sukses diramaikan total 102 starter yang terbagi dalam 9 kelas yakni Moto Mini, Horizontal Cub Under 150 cc, FFA Horizontal Engine, Vertical Engine Under 150 cc, Vertical Engine 151 cc-250 cc, FFA Vertical Engine, Vintage V Engine, Vintage, dan Star Racer by Invitation.

Yang bergengsi dalam Flat Track Race di Kustomfest 2019 ini adalah hadirnya star racer dari luar negeri yang menjadi ikon kustom culture di negaranya yang ikut nge-gass di sirkuit oval Flat Track Race Kustomfest. Salah satunya adalah Toshiyuki Osawa dari Cheetah Custom Cycles Jepang yang sangat enjoy membesut kudabesinya di trek oval Flat Track Race Kustomfest 2019.

“Sebagai ajang perdana, di tahap awal ini kami masih menjajaki antusiasme starter Flat Track Race di Indonesia dominan di motor apa dahulu, kemudian nanti kedepan tiap tahun kami evaluasi dan kembangkan lagi Flat Track Race ini sesuai dengan antusisme pecinta balap motor di Indonesia,” yakin Yayak.

Yang terakhir adalah terkait legalitas sebuah kompetisi balap di Indonesia, Flat Track Race yang diprakarsai oleh Kustomfest ini kedepan pun akan siap jika akan dinaungi oleh Ikatan Motor Indonesia (IMI).

“Hanya saja Flat Track Race ini di Indonesia masih cenderung untuk fun race komunitas kustom culture, yang dimana hanya diikuti oleh pembalap amatir dan juga belum ada dalam agenda kejuaraan nasionalnya meski di AMA Flat Track Race sudah menjadi salah satu agenda kejuaraan nasionalnya, jadi untuk saat ini kami hanya mencoba untuk mengenalkan dan mengembangkan dahulu di Indonesia, kedepan jika memang Flat Track Race ini dipandang oleh IMI perlu masuk menjadi salah satu ajang kejurnas, ya Kustomfest siap saja membantu dalam konteks pembahasan regulasi dan sosialisasinya,” tutup Yayak. dnar 

Facebook Comments

You May Also Like