Bos Manual-Tech : Kalau Mau Fair dan Uji Skill, Harusnya Regulasi AP250 Pakai Data Top Speed !

BeritaBalap.com-Sebetulnya patut diapresiasi bahwa TWMR selaku promotor penyelenggara gelaran Asia Road Racing Championship 2019 (ARRC 2019) berupaya untuk membuat kompetisi balap Asia Production 250 (AP250) menjadi lebih kompetitif. Yaitu dengan langkah pengurangan RPM (250-500) berdasarkan selisih poin yang diraih.

Namun konteks ini kurang disetujui oleh Bos Tim Manual Tech, Ibnu Sambodo. Sah-sah saja setiap orang beropini atau berpendapat, terlebih Pak De, sapaan akrabnya adalah mekanik senior. Pelaku langsung alias bukan pengamat !

Tim Manual Tech KYT Kawasaki Racing

“Kalau mau lebih fair, jangan kurangi RPM berdasarkan poin. Pertanyaan saya, bagaimana jika yang mendapat poin lebih baik, bukan karena diuntungkan perfoma motor. Tetapi karena skill balapnya yang lebih baik. Saya juga penasaran dengan pelaksanaan teknis operasional aturan baru pengurangan RPM berdasarkan selisih poin, “tegas Pak De yang mengusung tim Manual Tech KYT Kawasaki Racing.

koizumi

Maksudnya Pak De di atas, bahwa pebalapnya AM Fadly itu terus berupaya dan piawai dalam slip-streaming, kemudian lebih berani saat masuk tikungan dan berani pula teknik late braking. Itu keunggulannya walau kalah top speed. Paham ya, penonton setia juga pasti tahu soal ini !

BACA (JUGA) : Bos Tim Manual-Tech Akui Lebih Pede Raih Juara AP250 (ARRC 2019), Apa Sebabnya ?

Bukan rahasia umum, Honda CBR 250 RR selalu menang dalam momen top speed. Kan diameter katup/klepnya paling besar diantara yang lain dan ini tidak boleh diubah. Lagi-lagi, penonton setia ARRC pasti paham konteks ini. Andaikan motornya hampir sama dalam kecepatan puncak, dipastikan AP250 ini lebih ketat.

Lebih lanjut, Pak De memberikan solusi dengan langkah membatasi top speed atau RPM motor. “Sebetulnya langkah paling tepat dan jika memang ingin membuat kompetisi lebih hidup, lihat saja data top speed nya. Kan semua terdata, apalagi sekarang single-ECU. Tinggal nanti dibatasin agar persaingan ketat. Di balap superbike, memberlakukan batasan RPM mesin. Kan itu lebih fair, “tutur Pak De yang notabene hampir saja ridernya menang di race ke-2 AP250, padahal sudah menang saat keluar tikungan terakhir. Sayang kalah di top speed dengan rider perempuan, Muklada. Itu bukti perlunya pembatasan top speed atau RPM. BB1

Klasemen AP250 (ARRC 2019) :

 

Facebook Comments

You May Also Like