Grand Final Motorprix 2017 Aceh Timur : Anti-Klimaks ! Ini Soal Safety Dan Starter !

BeritaBalapcom-Anti-klimaks alias tidak klimaks alias tidak memuaskan. Demikian konteks yang tepat menggambarkan penyelenggaraan Grand Final Motorprix 2017 Aceh Timur (2-3 Desember). Apa yang menjadi parameter atau alat ukurnya ? Berikut analisa mendalam portal ini !

 

koizumi

Pertama, soal unsur safety atau pengamanan sirkuit yang kurang maksimal. Memang cukup sulit karena ini trek non permanen. Bukan permanen seperti Grand Final Motorprix 2017 Sidrap, Sulsel. Silahkan cermati foto diatas dan silahkan beropini ya.

Jangan tanyakan petugas karena mereka juga punya opini. Idealnya bukan opini tapi persepsi (secara harfiah berarti pengalaman tentang obyek) dengan melihat minimnya ban pembatas dalam momen top-speed yang bisa saja terjadi insiden bersenggolan. Anyway, semua harus diantisipasi.

Bukti kedua soal anti-klimaks, sepinya starter atau peserta yang terlibat. Sebagai ilustrasi saja, di kategori MP1 (150 cc) hanya 8 starter. Itupun 2 peserta dari Aceh yang tidak masuk 3 besar jawara region Sumatera. Bahkan yang satunya tidak masuk dalam 20 besar klasemen MP1 region Sumatera.

Jadi mereka hanya ikut meramaikan saja. Pemikiran awal Grand Final ialah mengundang 3 besar tiap region. Dijamin panitia sudah keluar duit banyak. Namun faktanya, yang jawara dan runner-up dari Sumatera saja tidak hadir. Erwin Ridwansyah dan Hafid JW tidak ambil bagian. Termasuk Sulawesi hanya sebiji saja, Handy Tuahatu.

Atapun Kalimantan hanya 2, itupun juga Reynaldi Pradana orang Banten. Semoga kedepan (2018) dapat lebih baik. IMI harus intens membangun komunikasi dengan tim atau pabrikan. Jangan ke Pengprov. Itu bukan salah, tapi tidak efektif. Jangan pula sudah nego dahulu baru dikomunikasikan. Sejak awal harus melangkah bersama. Menggapai satu tujuan. Konsep yang ideal ialah balap di sirkuit permanen dan starternya ramai. Pastinya paham, namun… tim

Facebook Comments

You May Also Like