BeritaBalap.com-Francesco Bagnaia, akrab disapa Pecco adalah juara dunia Moto2 (2018). Kemudian ketika pindah ke level MotoGP (2019) terbukti kalah dari Fabio Quartararo (Petronas Yamaha SRT) ataupun Joan Mir (Suzuki) yang kerap dikalahkannya saat Moto2 (2018).
Ada apa ini ? Apa sebabnya ? Apakah sehubungan adaptasi motor Ducati GP18 (bukan GP19) atau apa ya ? Konteks ini yang dijawab langsung oleh Pecco dalam sebuah wawancara khusus dengan media Speedweek.com. Soal adaptasi gaya balap memang menjadi hal penting yang wajib diubahnya. Termasuk mengenal lebih jauh sehubungan kinerja ban yang selama ini berbeda.
“Saya mencoba belajar dan saya pikir saya sudah belajar paling banyak, terutama dalam 5 balapan terakhir. Kami juga mengambil langkah maju. Setelah Aragon, kami mencoba mengubah gaya mengemudi saya dengan tegas. Tidak seperti sejak awal tahun. Kami benar-benar mengubah segalanya dan saya berusaha beradaptasi dengan motor ini sebaik mungkin, “ujar Pecco yang notabene adalah murid dari VR46 dan masih berusia 23 tahun.
BACA (JUGA) : Bagnaia “Pecco” Sebut GP18nya Pakai Data Lorenzo, Kok Bisa ? Apa Sebabnya ?
“Jadi harus mengerem sangat keras dan tidak bergantung pada kecepatan menikung, tetapi tetap mempertahankannya. Karena selalu merupakan keuntungan menjadi pembalap yang dapat mempertahankan kecepatan menikung yang baik. Mungkin itulah sebabnya saya cepat di Australia. Kami mengambil langkah besar untuk menjadi lebih kuat di rem. Data menunjukkan bahwa saya sejajar dengan rider lain, kadang-kadang sedikit lebih baik. Fakta bahwa kita masih kekurangan kecepatan adalah karena faktor dimana saya atau motor mencapai batas. Kami mungkin akan menyelesaikannya sebagian dengan motor baru, “tambah Pecco yang akan menggunakan motor terbaru GP20 untuk kompetisi MotoGP 2020.
Selanjutnya, bagaimana komentar Pecco atas hasil keseluruhan yang diperoleh dalam klasemen akhir MotoGP 2019. Dalam konteks ini sebagai rookie atau pendatang baru. Pecco kalah dari Quartararo yang justru sering dikalahkannya saat mereka balap Moto2 (2018). Ini yang diakuinya tidak memuaskan.
BACA (JUGA) : Bagnaia “Pecco” Sebut Tidak Heran Prestasi Quartararo, Biasa Saja, Ini Alasannya
“Hasilnya tidak positif, terutama karena banyak jatuh, juga dalam balapan. Itu dalam 4 empat kali berturut-turut pada paruh pertama musim. Jika kamu sering jatuh, maka kamu tidak bisa belajar banyak. Kita pasti harus lebih konsisten tahun depan, selalu masuk 10 besar. Itulah tujuan saya untuk musim mendatang, “ucap Pecco yang tidak ikutan dalam pengujian Valencia dan Jerez karena terjatuh di final MotoGP 2019 Valencia hingga menimbulkan masalah pada pergelangan tangannya.
“Dalam 3 tahun sebelumnya, saya tidak jatuh sebanyak 12 kali kesempatan, nah 2019 justru jatuh sebanyak 17 kali, saya rasa begitu. Jadi dalam 3 tahun, saya jatuh lebih jarang daripada dalam 1 tahun, ”tambah Pecco yang ada di urutan ke-15 dalam klasemen akhir MotoGP 2019. Anyway, data statistik menunjukkan bahwa rookie harus mengalami 14 kali jatuh selama akhir pekan dalam 19 seri MotoGP.
“Memahami ban depan adalah salah satu hal yang paling sulit. Ban Michelin sangat bagus, tetapi kama harus memahaminya terlebih dahulu. Dari 2011 hingga 2018 saya balapan dengan Dunlop dan perasaan dengan bagian depan kurang lebih sama di Moto2 dan Moto3, berbeda di MotoGP dengan Michelin. Saya berjuang dengan itu. Itu adalah salah satu langkah lebih penting yang harus saya ambil, memahami bagian depan lebih baik dan membuat lebih sedikit kesalahan, “timpal Pecco. BB1
Klasemen Akhir MotoGP 2019 :