BeritaBalap.com- Ditengah persaingan yang begitu ketat, sangat jarang ada mekanik dapat menghantar pembalapnya menyapu bersih podium 1 hingga 3. Faktanya ada, itu saat grand final Super Adventure Dankodiklatad Cup Night Road Race 2019 yang berlangsung di sirkuit NP Makodiklatad, Jl. Aceh, Bandung, Jabar pekan keamrin (16/11).
Adalah Yoga Anggara, tokoh dibelakang layar dari keberhasilan Lutffi FN merebut podium pertama kelas Bebek 2 Tak 125 cc Standart Pemula Lokwil, kemudian Chepy AR merebut podium ke-2 dan Kencana Darma finisher ke-3. Ketiganya menggunakan Suzuki Satria 120 R dengan spesifikasi yang sama.
Diceritakan oleh bapak yang konon katanya mendapatkan ilmu korek motor otodidak ini, bahwa salah satu trik yang dimainkan adalah bibir katub buluh yang dibikin cepat tertutup. Memang sich, membrannya masih pakai yang standart. Tapi, lidahnya diganti pakai punya KX-150. Dengan demikian buka-tutup bisa lebih cepat. Alhasil, pengabutan jadi lebih sempurna dan gejala gas terbakar di luar ruang bakar bisa diminimalisir. Efektif jadinya !
Untuk piston sendiri menggunakan merk NPP Oz 50 dengan diameter seher jadi 56,5 mm, kemudian kruk as masih standart. ’’Ada dua alasan kenapa saya masih menggunakan kruk as standar, yaitu awet dan hemat biaya. Bila ada tim yang tidak percaya, saya berani buktikan dengan membongkar mesin,’’tegas Yoga Anggara yang mengawali debut perdana meracik Suzuki Satria 120 R pada tahun 2013.
Ceritapun berlanjut ke port exhaust alias lubang buang. Agar tarikan atasnya naik dan top speed meningkat tinggi, maka exhaust dipatok tinggi. Jika iukur dari bibir atas blok silinder tingginya menjadi 24,5 mm dan lebarnya 40 mm. Itu semua bukan tanpa resiko, kompresipun turun akibatnya RPM bawah berkurang.
Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka mekanik sekaligus owner DAM (Doa Abah Motor) yang beralamat di Desa Cikalong, Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka ini memapas kepala silinder 3,5 mm. Selain itu, ruang bakar juga dibenahi demi mengejar akselerasi bawah. Lebar squish dibuat 9 mm dan kemiringannya dibikin 15 derajat.
Jika melihat regulasi yang dikeluarkan oleh pihak penyelenggara perlombaan. Perbandingan rasio bebas atau boleh dicustom. Tapi apa yang dilakukan oleh Yoga Angara sungguh diluar dugaan. Beliau tetap menggunakan perbandingan rasio standar. Dengan hitungan gigi 1(11-32), kemudian rasio 2 (14-23), lanjut 3 (18-20), 4 (21-23), 5 (18-20) dan 6 (17-21). D 14 N