BeritaBalap.com-Ramon Forcada sebagai kepala mekanik yang sangat senior (usia 64 tahun) mengungkapkan perbedaan metode atau cara kerja dari para mekanik Jepang dan Eropa. Ini menarik dicermati seiring semakin kompetitifnya motor-motor Eropa (Ducati, Aprilia dan KTM) saat ini. Begitu dominan.
BACA (JUGA) : Kenapa Pada Akhirnya Yamaha Penuhi Keiginan Quartararo Dibanding VR46 Atau Vinales..?
Forcada sendiri berkarir terakhir sebagai kepala mekanik dari Andrea Dovizioso (withU Yamaha RNF). Ketika Dovizioso memutuskan pensiun pasca seri Misano, maka Forcada juga ikutan berhenti karena memang ia tidak masuk dalam proyek tim RNF yang pindah ke Aprilia mulai musim depan (2023).
Menurut Forcada, baha mekanik Jepang itu terlalu berhati-hati. Lebih mengedepankan kesempurnaan. Jadi kerjanya relatif lambat. Kalau orang-orang Eropa tidak takut salah. Terus mencoba. Bahkan disebut, ketika sebuah inovasi hampir selesai dan akan diaplikasi, itu sudah ada orang-orang yang meriset hal lain. Jadi terus-menerus dan konsisten dilakukan.
BACA (JUGA) : Kronologis Ributnya Ayah Dan Anak Pasca KTM Memecat Remy Gardner
“Ketika kamu berhenti berkembang, maka mentalitas hilang, Saya telah banyak bekerja dengan orang Jepang dan mereka selalu berupaya mencari kesempurnaan, ”ucap Ramon Forcada yang memang sudah 30 tahun bekerja bersama dengan tim-tim Jepang.
Mulai diantaranya bersama Alex Barros (tim Repsol Honda), lanjut dengan Tohru Ukawa di tim Camel Honda Pons. Juga pernah di LCR saat era Casey Stoner dan Checa ataupun di Yamaha dengan Jorge Lorenzo (2008), lanjut Morbidelli dan Dovizioso.
BACA (JUGA) : Apa Perangkat Baru Dekat Tuas Kopling Yang Dijajal Ducati Di Tes Misano ?
“Mereka (mekanik Jepang) seharusnya jangan takut membuat kesalahan. Di Ducati, itu ada hal-hal yang tidak berfungsi, disini tidak. Apa yang datang kemudian berhasil karena mereka telah mengujinya selama 3 bulan, tetapi ketika mereka merilisnya, maka yang lain telah merilis 3 versi lagi, “tambah Ramon Forcada yang dilansir dari Corsedimoto. BB1